“Buat remaja diluar sana, berpikirlah dahulu sebelum bertindak, jangan gegabah. Setiap langkah yang diambil mempunyai konsekuensi, terutama remaja perempuan. Jangan sampai menyesal,” pesan Gadis.
GPPJEMBER.COM: Gadis, bukan nama sebenarnya, tidak pernah
membayangkan di usianya yang masih 17 tahun harus mengasuh anak berumur dua
tahun. Sementara teman sebayanya sedang
sibuk belajar di sekolah, Gadis setiap hari berkutat dengan pekerjaan domestic
rumah tangga dan merawat anak. Seperti pagi ini sewaktu ditemui , dia sedang
sibuk mengejar anaknya yang berlarian aktif di teras posyandu salah satu
wilayah kabupaten Jember
Gadis bercerita, sebagai anak korban keretakan
rumah tangga. Dia terjerumus dalam pergaulan yang salah untuk mencari kasih
sayang di luar rumah. Ketika orangtuanya bercerai, Gadis ikut ibunya, sedangkan
ayahnya sudah menikah lagi. Setiap hari sang ibu harus bekerja, dan tidak ada
waktu untuk mengawasi Gadis.
Kesepian dan sendirian di masa awal remaja,
Gadis mencari penghiburan dan kasih sayang di lingkungan teman-temannya.
Apalagi ketika ibunya memutuskan untuk menikah lagi dan suami ibunya tidak mau
menerima Gadis, dia terpaksa hidup sendiri karena ibunya tinggal di rumah suami
barunya.
Kemudian dia bertemu dan sering berkumpul di
salah satu rumah dengan teman-teman yang rata-rata usianya 5 tahun lebih tua,
tapi dirasa menerima dan bisa mengatasi kesepiannya. Tidak terpikir baha yang
dilakukan olehnya adalah suatu hal yang salah. Mabuk-mabukan, menggunakan obat
terlarang, dan sex bebas dirasakan sebagai bentuk kebebasan dan pelampiasan.
“Awalnya hanya ikut-ikutan minum, tapi tak lama
dipaksa melakukan hubungan seksual oleh salah laki-laki yang usianya kala itu
dua puluh tahun, sedangkan saya belum 15 tahun, masih kelas 3 SMP. Setelah itu
saya menangis sejadi-jadinya,” ungkapnya dalam perasaan menyesal.
Dari kejadian itu sempat membuat Gadis berpikir
untuk menyudahi pertemanan, tetapi pengaruh meraka sangat kuat sehingga hal
tersebut tetap berlanjut. Gadis tidak pernah membayangkan bahwa perbuatannya
akan berakibat dan mempunyai konsekuensi jangka panjang.
Minimnya pengetahuan tentang kesehatan
reproduksi dan tidak ada pengawasan dan bimbingan orangtua membuat Gadis tidak
menyadari perubahan pada tubuhnya. Dia tidak paham kalau sedang hamil. Apalagi
siklus menstruasinya tidak terganggu dan setiap bulan selalu haid. Gadis masih
beraktivitas seperti biasa, bahkan pada saat di sekolah, dia mengikuti kegiatan
ekstra kurikuler baris- berbaris yang memerlukan latihan fisik berat. Dengan
tubuhnya yang berisi , tidak menyadari perutnya yang semakin membesar.
Pada akhir Juli tahun 2021, sebulan setelah
diterima di SMK Negeri di Jember, Gadis diajak ibunya ke Yogyakarta untuk
menengok kakak perempuannya yang melahirkan anak kedua. Hari keempat setelah
tiba di sana, Gadis merasakan sakit perut yang berkepanjangan seperti sedang
sakit diare.
“Perut saya mulas sekali. Ketika tiduran saking
sakitnya, kok tiba-tiba keluar air seperti mengompol. Maka saya cepet-cepat ke
kamar mandi karena rasa buang air tidak tertahankan” cerita Gadis.
Saat di kamar mandi, Gadis sangat syok karena
yang keluar adalah bayi. Ibunya yang mendengar tangisan bayi dari dalam kamar
mandi bergegas menggedor dan mendobrak pintu. Sang Ibu juga sangat kaget
mendapati anak gadisnya yang masih remaja tiba-tiba melahirkan. Dengan gelap
mata, dia menempeleng anaknya yang sedang linglung karena syok hebat. Gadis
pingsan di kamar mandi dalam kondisi masih berdarah dan plasenta masih
menempel.
Setelah kondisi tenang dan mendapat perawatan
medis untuk Gadis dan bayinya, dia bercerita kepada ibunya siapa yang
bertanggungjawab atas kehamilannya. Atas desakan keluarga, laki-laki tersebut
bersedia untuk mengawini Gadis secara siri karena masih dibawah umur.
Tetapi masalah tidak selesai sampai disini.
Justru ini perkawinan ini adalah babak baru dari penderitaan Gadis. Di tempat
tinggal yang baru yaitu rumah mertua, Gadis mendapat kekerasan berupa
penelantaran dan kekerasan psikis dari suami dan keluarganya. Tidak hanya
kurang makan, tapi juga harus mengerjakan pekerjaan rumah tangga lainnya.
Padahal dia baru melahirkan dan harus merawat bayinya. Tekanan psikologis dan
kelelahan membuat ASI tidak keluar. Semakin menderitalah bayinya karena tidak
mendapat asupan gizi yang cukup.
Karena sudah tidak tahan hidup menderita, Gadis
meminta cerai dari suami dan pulang kerumah ibunya yang kala itu juga sudah
bercerai dari suaminya. Berdua mereka bekerja bersama untuk merawat bayi dan
memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Dibulan Nopember 2022, Gadis menikah lagi
dengan laki-laki yang berusia 5 tahun lebih tua darinya. Lagi-lagi kawin siri
karena Gadis baru berusia 16 tahun. Tak lama kemudian, Gadis hamil lagi. Pada
kehamilan ini, Gadis lebih paham akan perubahan tubuhnya dan rutin memeriksakan
diri ke bidan. Tapi malang, kehamilannya bermasalah dan harus melahirkan secara
premature di usia 6 bulan. Bayinya meninggal setelah sehari dilahirkan di rumah
sakit.
Kejadian demi kejadian yang menimpa membuat
Gadis terkadang merasa putus asa. Tapi dengan dorongan dari suami dan mengingat
masa depan anaknya, dia berusaha untuk tetap semangat menjalani hidup.
“Saya selalu ingin menjadi chef, makanya dulu
sempat memilih sekolah di jurusan tata boga. Sekarang saya belajar memasak dari
Youube. Hasilnya dijual untuk kebutuhan sehari-hari, Saat ini saya jualan
lumpia, seblak dan menerima pesanan kue. Rencana kalau modalnya sudah cukup
akan membuka warung di rumah. Peluang itu yang memungkinkan karena saya dan
suami sama-sama hanya mempunyai ijazah SMP, jadi susah mencari kerja,” Ujar
Gadis.
Sewaktu ditanya kenapa Gadis mau menceritakan
kisahnya, dia menuturkan supaya kisah hidupnya bisa menjadi bahan pemikiran dan
pembelajaran bagi remaja yang lain agar tidak bernasib sama sepertinya. “Buat
remaja diluar sana, berpikirlah dahulu sebelum bertindak, jangan gegabah.
Setiap langkah yang diambil mempunyai konsekuensi, terutama remaja perempuan.
Jangan sampai menyesal,” demikian pesan Gadis.
Ah, Gadis……walau pada mulanya putus asa
Karena menjalani dari rasa terpaksa
Tapi dengan gigih dan semangat luar biasa
Tertatih berjuang meraih asa
Ayo Gadis, semangat, kamu pasti bisa
(Mariana, Jember)
0 Komentar