GPPJEMBER.COM: Kekerasan
seksual pada anak merupakan masalah serius yang mempengaruhi kesehatan mental
dan perkembangan mereka. Cerita ini mengisahkan perjuangan seorang anak perempuan yang mengalami kekerasan seksual dan upayanya dalam mengatasi trauma
serta memulihkan kesehatan mentalnya.
Sebut
saja perempuan ini Laras (nama samaran). Kejadian tragis ini terjadi
ketika ia berusia 10 tahun. Ia menjadi korban kekerasan seksual yang dilakukan
oleh tetangga rumah terdekatnya. Kejadian tersebut diketahui ketika Laras merintih
kesakitan dibagian organ tubuhnya kepada orang tuanya. Trauma yang dialaminya
menyebabkan perubahan drastis dalam perilaku dan kesehatan mentalnya.
Setelah
kejadian tersebut, perempuan ini mengalami perubahan yang signifikan. Ia
menjadi sangat tertutup, seringkali menarik diri dari interaksi sosial, dan
mengalami gangguan tidur yang serius. Hal ini diungkapkan oleh Ibu ayu
(tetangga korban) “ biasanya kalau sepulang sekolah dia keluar rumah untuk bermain
dan belajar bersama anak saya akan tetapi setelah kejadian tragis itu Laras
tidak lagi mau keluar rumah karena katanya dia merasa malu.” Ia juga mengalami
penurunan performa akademik dan kesulitan dalam mengatur emosinya. Kondisi ini
sangat mempengaruhi kehidupan sehari-harinya dan membuatnya merasa terjebak
dalam kegelapan yang dalam.
Pertama, perempuan ini mendapatkan dukungan emosional dari keluarga terdekatnya.
Mereka memberikan cinta, perhatian, dan pemahaman yang mendalam tentang apa
yang ia alami. Keluarganya juga membantunya untuk menghubungi seorang psikolog
anak yang ahli dalam mengatasi trauma kekerasan seksual.
Dalam
terapi, anak perempuan ini belajar untuk mengenali dan mengungkapkan
perasaannya dengan aman dan tanpa rasa takut. Terapis membantu mengembangkan
strategi coping yang sehat dan memberikan dukungan yang kontinu dalam proses
penyembuhan. Terapi bermain juga digunakan untuk membantunya mengungkapkan
emosinya melalui ekspresi kreatif sehingga dia mulai menemukan hobbi yaitu menggambar
yang ada di dalam dirinya.
Selain
itu, anak perempuan ini juga mendapatkan dukungan dari pendidik di sekolahnya.
Mereka memberikan perhatian khusus dan lingkungan yang aman bagi anak perempuan
ini untuk belajar dan berkembang. Program pendidikan tentang kekerasan seksual
dan perlindungan anak juga diperkenalkan di sekolah, sehingga membangun
kesadaran dan pengertian yang lebih baik di kalangan siswa dan guru. Akan
tetapi sangat disayangkan karena pengaruh kesehatan mental yang ada pada
dirinya sehingga orang tua merasa khawatir dan enggan untuk menyekolahkan Laras
ke jenjang selanjutnya dengan alasan agar bisa lebih fokus pada penyembuhan kondisi
mental dan kesehatannya.
Selama
proses penyembuhan berlangsung, anak perempuan ini telah menunjukkan kemajuan
yang signifikan. Ia mulai membangun kembali kepercayaan pada dirinya sendiri
dan orang-orang di sekitarnya. Dukungan yang diberikan oleh keluarga, dan para
ahli kesehatan telah memberinya harapan dan keyakinan bahwa ia dapat mengatasi
trauma dan membangun masa depan yang lebih baik. Meskipun di dalam dirinya
masih terdapat trauma yang membuatnya merasa takut sehingga perlu adanya pendampingan
terhadap kondisi mental dirinya secara terus menerus.
Kisah perempuan ini menjadi pengingat bagi kita semua tentang pentingnya
perlindungan anak dan penanganan yang tepat terhadap korban kekerasan seksual.
Dukungan emosional, terapi, dan pendidikan yang berkelanjutan adalah
langkah-langkah penting dalam membantu anak-anak yang mengalami trauma serupa.
Melalui upaya bersama, kita dapat menciptakan lingkungan yang aman dan
mendukung bagi anak-anak yang mengalami kekerasan seksual, sehingga mereka
dapat memulihkan kesehatan mental mereka dan tumbuh menjadi individu yang kuat
dan bahagia.
Penulis: Eka Nur Jannah
0 Komentar