Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget



Kisah Advokasi Sang Survivor Kanker Serviks

Foto saat penyerahan pinjaman kursi roda kepada survivor Ca serviks

 

Jember 28 oktober 2022, telponku bordering, kutengok ternyata dari seorang teman semasa SMA. Ia menceritakan jika seorang saudaranya membutuhkan bantuan karena menderita kanker serviks stadium lanjut dan komplikasi gagal ginjal. Mendengar hal tersebut tepat pada sore harinya, saya mengecek lokasi pasien bersama teman yang melapor. Namun nihil, saat itu pasien sedang berada dirumah sakit, akan pulang esok hari.

Keesokan harinya, pertemuan pun terjadi, kadaannya benar-benar memperihatinkan, yang mana pasien bernama Burita, telah setahun lebih mengidap knker serviks dan sudah 3 bulan terakhir, , burita juga diharuskan rutin untukmelakukan cuci darah di RSU Citra Husada Jember.  Dia (Burita, red) mengaku kesulitan untuk transpot ke rumah sakit yang jaraknya tak kurang dari 35km dari rumahnya yang berada di desa glundengan kecamatan wuluhan, Jember.

“Dalam sekali jalan saya butuh biaya 200 ribu mbak, dan itu sangat berat bagi saya yang saat ini menjanda” ujar burita.  Mendengar kabar tersebut,  muncul ide untuk mencarikan ambulance gratis dari desa. Saya menghubungi bu rosalia yang juga teman di komunitas jurnalis warga. Saya menceritakan keadaan pasien lalu kami janjian untuk menemui kepala desa Glundengan esok harinya..

Tepatnya, Senin,31/10/2022  jam 9.30 kami tiba  dikantor desa, ditemui langsung oleh kepala desa Wawan Erwana,  berbincang ringan sambil mengutarakan  apa yang menjadi kebutuhan kami yakni bantuan ambulance gratis untuk mengantar pasien burita untuk kontrol dan cuci darah di RS kota. Namun, pak erwan (sapaan akrab kepala desa Glundengan ) menyatakan bahwa ambulan desa saat ini sudah tidak ada lagi. Adanya ambulan puskesmas dan itu tak gratis, masih harus mengganti uang pembelian pertamax.

Pulang dengan tangan hampa, kami sampaikan hasil advokasi kepada pihak keluarga pasien, jika ada ambulan puskesmas yang bisa diakses namun tidak geratis.  Keluarga pasien menjawab ,  “nanti ruwet, ibuk kambuhnya dadakan, jd sering dadakan ke rumahsakit. Kalau masih sama- sama bayar lebih baik pake mobil tetangga mbak. ” ujar wiwin anak sulung burita.

Ditengah kegundahan perihal biaya transport kerumah sakit, alhamdulillah ada donatur yang menyumbangkan uangnya sejumlah 1juta rupiah. Lumayan  bisa di pergunakan sebagai pengganti transport untuk cuci darah untuk sementar, untuk selanjutnya bisa dipikirkan lagi.

Tak berselang lama, pasien kembali menelpon saya dan mengatakan jika membutuhkan kursi roda untuk sekedar berjalan-jalan disekitar rumah karena selama sakit, pasien tidak bisa berdiri  terlalu lama. Tanpa berpikir panjang, langsung saya  setujui hal tersebut, padahal saat itu tidak tahu harus mencari bantuan kursi roda kemana. Kekuatan jaringan bekerja banyak orang baik disekeliling orang-orang yang baik. Kursi roda didapat dari pinjaman seorang kawan.

Burita tampak sangat bahagia menerima pinjaman kursi roda, dia dapat berkeliling disekitar pekarangan rumahnya. Cuci darah juga sudah  berlangsung 2kali dalam jangka waktu 14 hari.

Untuk cuci darah berikutnya, pasien  ingin pindah kerumahsakit yang lebih dekat agar tak lagi memakan biaya besar. Lagi-lagi saya menyanggupi, esok paginya saya langsung ke RSUD Balung, untuk menanyakan syarat apa saja yang dibutuhkan jika seorang pasien BPJS ingin melakukan cuci darah. Dan dokter poli Hemodial berbaik hati langsung memberikan jadwal senin dan kamis untuk cuci darah di RSU Balung, serta meminta  untuk segera melengkapi berkas agar pasien segera tertangani.

Mendengar penuturan dokter tentu saja saya bahagia bukan main. Ingin rasanya segera menyampaikan ke keluarga pasien, jika pasien bisa rutin melakukan cuci darah tanpa harus menunggu kambuh. Peluang untuk segera pulih lebih besar. Namun, takdir tuhan bekata lain, kondisi Burita menurun tak sadarkan diri pasca cuci darah di RS kota. Kemudian pada  senin siang Burita berpulang, ia tak mampu lagi bertahan.  Usai sudah pertemuan  singkat kami yang tak lebih dari 3 minggu. Sungguh pengalaman yang menguras emosi serta perjuangan singkat bersama orang-orang baik.   Terimakasih semua orang baik. 

Posting Komentar

0 Komentar