gppjember.com - Training of Trainer (ToT) pendidikan kesehatan reproduksi (kespro) untuk remaja tuntas diselenggarakan oleh Gerakan Peduli Perempuan Jember (GPP) pada Minggu, 11 Juni 2023 di PLUT KUMKM Jember. Agenda yang disupport oleh USAID MADANI itu diikuti antusias oleh belasan remaja dari lima kelurahan di Kecamatan Sumbersari.
Manager program, Yamini menjelaskan, tujuan utama dari kegiatan tersebut iala bisa melakukan replikasi KRS di kelurahan Sumbersari, Antirogo, Kranjingan, Kebonsari, dan Tegal Gede. Harapannya, angka perkawinan anak, stunting, dan AKI/AKB di Jember bisa menurun.
Oleh karena itu, perwakilan remaja dari lima kelurahan itu diundang dan dihadirkan. "Kami butuh dukungan, teman-teman dari (kelurahan) Wirolegi dan Karangrejo akan menjadi fasilitator dalam kegiatan hari ini untuk menularkan ilmu yang telah didapat kepada teman-teman lainnya," tutur Yamini.
Kegiatan ToT disambut baik dan dihadiri oleh Kabid Perlindungan Anak Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, dan Keluarga Berencana (DP3AKB) Jember, Kasi PMKS Kecamatan Sumbersari, Kepala PKM Sumbersari, dan Kepala PKM Gladak Pakem.
Sejumlah remaja penggerak Kampung Remaja Sehat (KRS) Kelurahan Karangrejo dan Wirolegi dan siswa Sekolah Perempuan Mandiri (SPM) turut berperan menjadi fasilitator. Mereka berinteraksi langsung dan menyampaikan materi seputar kespro.
Mulai dari permasalahan kespro yang biasanya dialami remaja hingga cara menjaga organ reprodukai dengan benar. Baik itu remaja perempuan maupun laki-laki.
Firda dan Nanda, remaja penggerak KRS yang menggali harapan sekaligus kekhawatiran para remaja. Mereka memulainya dengan cukup menyenangkan. Sehingga para remaja merasa aman untuk menuliskan apa yang ada di fikirannya. Materi mengenai hak dan kewajiban remaja tentang kespro juga disampaikan dengan lugas.
Rifqi, remaja penggerak KRS Wirolegi bersama Lina, siswa SPM memainkan perannya sebagai fasilitator untuk mengenalkan kespro. Utamanya, mengenai organ-organ reproduksi pada perempuan dan laki-laki.
Pemaparan disampaikan menggunakan alat peraga berupa celemek organ reproduksi. Dengan penjelasan yang santai namun serius, mampu membuat 14 remaja yang hadir antusias memperhatikan.
Materi tentang permasalan yang berhubungan dengan kespro dibawakan oleh dua siswa SPM, Istifaroh dan Dhea. Beberapa masalah yang dihadapi remaja tersebut seperti dipaksa menikah, sodomi, kehamilan tidak diinginkan, video call seks, kekerasan dalam pacaran, hingga seks bebas.
Masing-masing remaja menyampaikan pendapat responsnya apabila mendapatkan perlakuan-perlakuan demikian. Satu per satu berargumen dan menyatakan pandangannya masing-masing.
Sebelumnya, Kabid Perlindungan Anak DP3AKB Joko Sutriswanto telah memaparkan tentang sepintas isi dari perda Kabupaten Layak Anak (KLA) yang baru-baru ini disahkan oleh DPRD Jember. "Kabupaten Layak Anak berarti anak tidak boleh ditinggalkan dalam pembangunan," terangnya.
Menurutnya, regulasi tersebut dilahirkan sebagai bentuk perhatian daerah terhadap kasus-kasus kekerasan anak dan remaja saat ini. Meski harus menempuh jalan panjang hingga empat tahun hingga akhirnya ketok palu.* (megasil)
0 Komentar