Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Kabupaten Jember Dwi Handarisasi saat ditemui Jurnalis Warga Suwar Suwir di ruang dinasnya, Jumat 19 Mei 2023. (gppjember.com/megasil) |
gppjember.com - Angka kematian ibu dan bayi (AKI/AKB) di Kabupaten Jember masih tergolong tinggi. Walaupun pada tahun 2022 menurun dibandingkan tahun 2021, tetapi angkanya masih menunjukkan jumlah yang signifikan. AKI 58 dan AKB 216. Mulai disusul dengan sejumlah kasus yang dilaporkan pada 2022.
Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Kabupaten Jember Dwi Handarisasi menjelaskan, tingginya kematian ibu disebabkan oleh banyak faktor. Dari pola makan ibu saat hamil, kurang nutrisi, perdarahan, anemia, hingga pre eklamsia dan eklamsia.
Dijelaskan bahwa pola makan yang tidak mempertimbangkan keseimbangan gizi akan berakibat pada kurangnya nutrisi pada saat kehamilan. Bahkan bisa menyebabkan hipertensi. Hal inilah yang membuat terjadinya pre eklamsia ibu hamil.
Jika pre eklamsia bisa terdeteksi selama kehamilan, berbeda dengan eklamsia. Dwi mengaku, sampai saat ini Dinkes masih belum mengetahui penyebab terjadinya eklamsia.
Sehingga, upaya preventif masih belum bisa dilakukan. "Eklamsia ini masih tanda tanya juga kenapa bisa terjadi, karena tiba-tiba saja sesaat akan melahirkan," paparnya saat ditemui Jurnalis Warga Suwar Suwir di ruang dinasnya, Jumat 19 Mei 2023.
Sedangkan penyebab utama kematian bayi baru lahir adalah afeksia atau berhenti nafas dan berat badan lahir rendah (BBLR). Minimnya kesadaran masyarakat tentang pentingnya gizi pada saat kehamilan menjadi salah satu faktor penyumbang tingginya AKI/AKB.
Bidan Puskesmas Jember Kidul Linda menyebut, 18 posyandu di wilayahnya yang terdapat ibu hamil resiko tinggi akibat kurang energi kronis (KEK) atau kurang nutrisi. Kurangnya sosialisasi dan edukasi kepada ibu hamil tentang pola makan yang baik menjadi salah satu penyebab kurang pahamnya kebutuhan gizi ibu hamil.
Banyak faktornya. Biasanya ibu hamil takut gemuk, melakukan diet tanpa pengawasan, hingga mengikuti trend makanan. Terutama yang masih berusia muda. "Akibat KEK pada ibu hamil menjadi penyebab BBLR," jelas Linda.
Selain itu, masih ada ibu hamil yang usianya di bawah 19 tahun. Tentunya berisiko tinggi saat melahirkan. Linda melaporkan, di Puskesmas Jember Kidul pernah menangani empa ibu hamil yang baru berusia 16 dan 17 tahun. Ya, mereka malakukan perkawinan anak.
Perkawinan usia anak menkadi masalah berkepanjangan. Pasalnya pengetahuan kesehatan reproduksinya masih terbilang minim. Ditambah dengan ketidaksiapan organ reproduksinya. "Ini yang menjadi salah faktor kehamilan resiko tinggi," tegas Linda.* (ana/megasil)
0 Komentar