Jurnalis Warga Jember Soroti Upaya Pencegahan dan Penanganan AKI AKB
SUMBERSARI.RADARJEMBER.ID- Upaya pemenuhan hak perempuan harus dilakukan dari berbagai sektor. Tak hanya dengan kampanye penyadaran dan advokasi kebijakan saja, tapi juga perlu merambah ke dunia jurnalistik. Karena lewat jalur jurnalisme itu, suara kaum perempuan bisa terdengar lebih lantang dan bisa diakses oleh khalayak.
Inilah yang menjadi konsentrasi Gerakan Peduli Perempuan (GPP) Jember. Sebuah organisasi yang fokus pada isu-isu kesetaraan dan pemenuhan hak-hak kaum perempuan. Belakangan ini, GPP membekali pengurus dan relawannya dengan ilmu jurnalistik agar bisa menyampaikan apa yang mereka perjuangkan kepada publik. Dalam prosenya, GPP menggandeng Jawa Pos Radar Jember.
Direktur GPP Jember Sri Sulistyani mengatakan, ada beberapa tahapan yang dilakukan lembaganya untuk mencapai target tersebut. Langkah awal, pihaknya menggelar pelatihan jurnalistik terhadap para pengurus dan relawan GPP. Berikutnya, dari sekian orang yang terpilih diminta membikin karya jurnalistik dengan terjun langsung ke lapangan.
Hasilnya, akan dinilai oleh tim khusus lalu dipublikasikan melalui media massa. “Bersama Radar Jember, ada tiga relawan kami yang melakukan liputan ke lapangan. Isunya tentang angka kematian ibu dan bayi baru lahir (AKI AKB),” katanya.
Menurut Sulis, isu AKI AKB ini sengaja dipilih karena Jember merupakan daerah dengan tingkat kasus tertinggi di Jawa Timur. Isu itu juga berkaitan dengan hak-hak kaum perempuan yang harus mendapat perhatian pemerintah. “Baru-baru ini, relawan kami terjun ke Puskesmas Sumbersari untuk meliput tentang upaya pencegahan dan penanganan AKI AKB di kecamatan setempat,” ujarnya.
Ada tiga Jurnalis Warga Jember yang juga relawan GPP yang terlibat. Mereka adalah Suminah, Rita, dan Zaenuri. Ketiganya tak hanya melakukan wawancara kepada dokter di Puskesmas Sumbersari, tapi juga menulis hasil wawancara itu dalam bentuk laporan berita. Mereka sama-sama mengangkat isu tentang pencegahan dan penanggulanagan AKI AKB.
Rita, misalnya, jurnalis warga asal Desa Wonosari, Kecamatan Puger ini, tak hanya menyoroti tentang upaya pencegahan dan penanganan, tapi juga tantangan yang dihadapi puskesmas dalam melakukan kerja-kerja pencegahan dan penanganan itu. Karena selama masa pandemi, banyak ibu hamil yang enggan memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan. Mereka takut jika pada akhirnya divonis terkena Covid-19.
“Padahal idealnya, selama masa kehamilan seorang ibu hamil itu harus memeriksakan diri minimal empat kali,” terang drg Ailin Ari Risnia, Penanggung Jawab Upaya Kesehatan Masyarakat (PJUM) Puskesmas Sumbersari. Keterangan ini sebagaimana laporan Rita yang diterima Jawa Pos Radar Jember.
Berdasarkan catatan Rita, ada empat langkah yang dilakukan Puskesmas Sumbersari dalam menangani AKI AKB di wilayahnya. Yakni melakukan screening awal dengan menetapkan faktor risiko bagi ibu hamil menggunakan scoring, dan membentuk tim audit maternatal perinatal. Langkah berikutnya adalah meningkatkan kapasitas bidan untuk peningkatan layanan, serta bekerjasama dengan lintas sektoral di wilayah. Mulai dari tingkat lingkungan, pemerintah kelurahan, hingga kecamatan.
“Dan yang paling penting dari semua upaya penurunan AKI AKB adalah kesinambungan dan kerja keras dari semua pihak,” ujar Ailin. Hal yang sama juga disampaikan Suminah, jurnalis warga asal Kecamatan Rambipuji. Bahkan, dia cukup aktif ketika mewawancarai dokter di Puskesmas Sumbersari tersebut.
Sementara itu, laporan Zaenuri, jurnalis warga asal Kecamatan Kaliwates, tak jauh berbeda. Namun dia juga menyoroti adanya inovasi pelayanan di Puskesmas Sumbersari yang disebut “Sari Puti” alias Sumbersari Peduli Ibu Hamil Risiko Tinggi. Khusus ibu hamil risiko tinggi, maka petugas kesehatan akan rutin mengunjungi rumah pasien rutin, kemudian diberi stiker dan sang ibu dikasih gelang. “Namun karena pandemi, program itu juga kurang maksimal. Karena kami membatasi kunjungan atau tatap muka langsung,” terang Ailin.
Dokter Ailin yang mengaku di Puskesmas Sumbersari sejak 2018 ini mengungkapkan, sebenarnya di tingkat kabupaten sudah ada tim yang dibentuk untuk mengatasi AKI AKB, bahkan sudah ada aplikasi yang dapat diakses secara daring, yaitu Tim Akselerasi AKI AKB. Tim ini dibentuk dari tingkat kelurahan/desa, kecamatan hingga kabupaten. Dulu istilahnya adalah Desa Siaga. (*)
Reporter: Jurnalis Warga GPP Jember (Mimin, Rita, Zainuri)
Fotografer: Jurnalis Warga GPP Jember (Mimin, Rita, Zainuri)
Editor: Mahrus Sholih
0 Komentar